Heboh kasus Geng Motor binaan
Mardiyanto alias Klewang diawal 2013 secara tidak langsung telah membuat nama
Desa Tarai Bangun ikut terkenal. Kenapa? Karena sebagian besar dari anggota
geng motor tersebut merupakan anak-anak Tarai Bangun yang masih duduk dibangku
SMP dan bahkan ada yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Beberapa kali
Gedung SD Negeri 024 Tarai Bangun ditayangkan dan masuk TV nasional karena
konon didepan SD Negeri tersebut anggota geng motor Atiet Abang sering
berkumpul dan membahas rencana-rencana jahat mereka. Seperti halnya perencanaan
untuk merusak salah satu warnet di jalan Durian Pekanbaru yang bermula dari
pertemuan-pertemuan mereka di lapangan depan SD Negeri 024 Tarai Bangun. Sudah
beberapa kali pula SMP Negeri 4 Tambang yang terletak di Desa Tarai Bangun
didatangi buser dan reserse Poltabes Pakanbaru untuk menjemput paksa anak murid
SMP tersebut yang ternyata terlibat dalam geng motor tersebut. Pembumihangusan
atas geng Klewang diawal tahun 2013 tersebut benar-benar sangat menohok nama
baik desa Tarai Bangun.
Dengan adanya kasus Klewang yang
banyak melibatkan anak-anak Tarai Bangun ini muncul pertanyaan dibenak kami
anak-anak muda Tarai Bangun yang benar-benar mencintai Desa Tarai Bangun
sebagai tanah kelahiran dan tanah harapan.
Apa yang sebenarnya terjadi
sehingga anak-anak Tarai Bangun banyak terlibat dalam kasus kejahatan dan
kenakalan seperti Kasus Geng Motor Klewang?
Dimana para Ulama, Umara,
Orangtua dan para pendidik sehingga anak-anak mereka bebas berkeliaran
dijam-jam malam tanpa dicari oleh orangtua mereka?
TARAI BANGUN TANAH HARAPAN
Tarai Bangun adalah sebuah desa
baru di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar Propinsi Riau hasil pemekaran dari
Desa Kualu pada tahun 2003. Sebagai desa yang berbatasan langsung dengan kota
Pekanbaru, Desa Tarai Bangun memiliki jumlah penduduk yang sangat besar, bahkan
terbesar kedua di Kabupaten Kampar setelah Desa Pandau Jaya Kecamatan Siak
Hulu. Jumlah Penduduk Desa Tarai Bangun saat ini +/- 26 ribu jiwa dengan
kelompok kehidupan ekonomi mengah kebawah.
Desa Tarai Bangun sebagai desa yang berbatasan
langsung dengan kota Pekanbaru selama ini menjadi incaran para developer
untukmembangun rumah murah dengan program RSS atau RSH dimana semenjak tahun
2003 developer sudah mulai membangun perumahan hingga saat ini di Tarai Bangun
sudah ada sekitar 75 perumahan (75 kompleks rumah, bukan 75 buah rumah) Tak
kurang dari 10 ribu rumah sudah dibangun oleh developer dan jika dibandingkan
dengan penduduk tempatan asal, jumlah rumah perumahan yang ada sangat jauh
lebih besar. Sedang jumlah rumah pemukiman lama warga tempatan hanya beberapa
ratus unit saja.
Mayoritas warga di Tarai Bangun adalah
warga Pekanbaru yang membeli rumah di pinggiran kota Pekanbaru. Maka tak heran
jika masih sangat banyak warga Tarai Bangun yang belum memiliki KTP Tarai
Bangun. Masalah KTP ini disisi lain juga kerap menimbulkan masalah manakala
warga yang tidak memiliki KTP Tarai Bangun ingin menyekolahkan anak-anak mereka
di SD atau SMP yang ada di Tarai Bangun.
Sebagai daerah dengan pertumbuhan
baru dan padat permasalahan di Tarai Bangun juga sangat kompleks. Karena masalah
sepele antar warga sering berkelahi. Tingkat sensitifitas warga juga sangat
tinggi yang memicu kecemburuan sosial, keegoan dan sifat-sifat eksibisionis
tinggi. Peranan ibu-ibu di tengah-tengah masyarakat sangat dominan sehingga
organisasi-organisasi kemasyarakatan banyak diisi oleh ibu-ibu, mulai dari
wirid, PKK, KPK (Kelompok Petani Kecil), Dasa Wisma, Rebana, PNPM dll yang
didominasi oleh ibu-ibu. Tentu saja
sebagian besar dari agenda organisasi ini adalah menggosip dan menjelek-jelekan
orang serta ajang pamer bagi yang memiliki. Sementara bapak-bapak lebih
bersikap cuek dalam masalah-maslaah sosial, untuk urusan-urusan anak dan urusan
rumah mereka lebih memberi peluang kepada istrinya untuk berbuat. Sebagian Bapak-bapak
juga sibuk dengan pekerjaannya di Pekanbaru, dimana warga Tarai Bangun itu dari
yang buta huruf sampai Professor pun ada. Dari kuli bangunan sampai direkturpun
ada. Dari penjahat sampai polisi dan pengacarapun ada. Dari penjual koran sampai
pimpinan redaksipun ada. Bahkan dari yang murtad sampai yang ustadz pun ada.
Pokoknya di Tarai Bangun itu klasifikasi masyarakatnya dari segi sosial ekonomi
dan politik lengkap.
Disaat-saat orangtua sibuk tersebut
lalu siapa yang mengurusi anak-anak mereka? Apakah seorang ayah yang sibuk menjadi dosen di Pekanbaru
menyempatkan diri menelpon istrinya untuk menanyai apakah anaknya ada dirumah
atau tidak pada jam segini? Apakah seorang ayah yang sedang memimpin rapat
perusahaannya sempat menanyai apakah anaknya baik-baik saja atau tidak? Apakah ibu-ibu
yang sedang sibuk mengurus organisasi PKKnya sempat menelpon anaknya yang jam
segini belum juga ada kabar beritanya? Dan bahkan apakah seorang ayah dan ibu
yang sedang berdua dirumahnyapun sempat mencari anaknya yang sudah jam satu
malam belum juga pulang? JAWABNYA TIDAK SEMPAT.
Lalu kalau seorang ayah saja,
atau seorang ibu saja tidak sempat menanyai dan mempedulikan anaknya siapa lagi
yang akan peduli? KLEWANG?
Disaat anak-anak SD kelas 2
merokok di belakang sekolah, ketika yang kelas 6 SD sibuk mengejar-ngejar
anak-anak murid wanita yang sudah berlari ketakutan dirogoh, ketika anak-anak
yang belum cukup umur berserakan di warnet-warnet. Kemanakah gurunya?
Disaat kedok agama digunakan
untuk menfitnah orang dan mempergunjingkan orang dengan tajuk wirid, ketika
Mesjid dan Mushala dijadikan tempat untuk kegiatan-kegiatan politik dan
politis. Kemanakah para ulama?
Disaat dampak-dampak negatif dari
menjamurnya warnet sudah mewabah merusak dan menggerogoti masa depan anak-anak
bangsa, disaat lem cap kambing sudah menjadi makanan kedua anak-anak, disaat narkoba
menjadi kebanggaan generasi muda, disaat anak-anak sudah menjadi pencuri
profesional karena selalu dibiarkan oleh orangtua dan lingkungannya, disaat
perselingkuhan dengan tetangga sudah menjadi kebanggaan dan bukan hal yang
memalukan lagi, kemanakah para pejabat dan aparat desa?
Saat ini guru-guru di Tarai Bangun
sibuk mengadakan les dan mengajar hanya
sebagai kewajiban saja.
Saat ini para Ulama dan Ustazd
hanya sibuk membahas masalah bid’ah dan masalah kelompok-kelompok ajaran lain
yang menurut mereka tidak sesuai dengan sunnah. Mereka sibuk membahas cara-cara
saudara-saudaranya dalam melakukan ibadah yang nampaknya agak berbeda dengan
apa yang mereka lakukan. Mereka lupa membahas bagaimana caranya agar warga yang
tidak beribadah itu kembali ke Mesjid.
Saat ini para penguasa dan
tokoh-tokoh politik di Tarai Bangun hanya sibuk memikirkan jabatan-jabatan
politik mereka saja. Mulai dari RT sampai kepala Desa diperebutkan demi untuk
kepentingan kekuasaan semata. Mereka lupa bahwa sebagai pemimpin mereka akan
dimintai pertanggungjawaban atas apa yang mereka pimpin. Mereka mungkin
menganggap bahwa urusan anak-anak Tarai Bangun bukan merupakan urusan mereka. Kalau
tidak jelas angka-angkanya mereka tidak akan mau mengurus. Sebenarnya yang menjadi urusan dan tanggungjawab Ketua RT, RW, Kepala Dusun sampai Kepala Desa bukan hanya masalah menandatangani Surat Tanah yang jelas-jelas ada uang masuknya saja. Masalah anak-anak dan masa depan anak juga menjadi tanggungjawab para pemimpin yang sudah diberikan amanah. Jangan menganggap masa depan anak semata-mata menjadi tanggungjawab orangtuanya saja. untuk seorang anak mungkin tanggungjawab orangtuanyalah dalam mendidiknya. Tapi kalau sudah berbicara tentang masa depan anak-anak generasi muda Desa Tarai Bangun? Tanggungjawab siapa lagi kalau bukan tanggungjawab para pemimpin di Desa ini? Jangan cuma mau menjadi pemimpin. Jangan cuma mau jadi Ketua. Tapi jadilah panutan yang bertanggungjawab terhadap masyarakatnya. Termasuk juga terhadap anak-anaknya.
INGATLAH WAHAI PARA PEMIMPIN DI TARAI BANGUN. ANAK-ANAK TARAI BANGUN SAAT INI KALAU TIDAK DIARAHKAN KEJALAN YANG BENAR AKAN MENJADIKAN DESA TARAI BANGUN INI SEBAGAI TEXAS KEDEPANNYA. TIDAK TAMPAKKAH OLEHMU TANDA-TANDA MUNCULNYA BIBIT-BIBIT PENYAKIT DAN BIBIT-BIBIT PREMAN YANG AKAN MUNCUL DARI ANAK-ANAK DAN REMAJA TARAI BANGUN YANG ADA SEKARANG? KALAU TIDAK DIARAHKAN MEREKA TIDAK AKAN TAHU TENTANG BAHAYA NGELEM. KALAU TIDAK DIARAHKAN MEREKA TIDAK AKAN TAHU BAHAYA NARKOBA. DAN KALAU TIDAK DIARAHKAN MEREKA TIDAK AKAN TAHU BAHAYANYA MASUK GENG MOTOR. KEBIASAAN NGELEM AKAN MEMBUAT KITA AKAN KEHILANGAN GENERASI SEHAT. JANGAN SAMPAI DIHARI TUA KITA NANTINYA TAKUT TINGGAL DI TARAI BANGUN KARENA BANYAKNYA PREMAN YANG TINGGAL DISINI YANG MERUPAKAN ANAK-ANAK KITA JUGA. SEKALI LAGI KAMI TANYA
SIAPA YANG MENGURUS DAN PEDULI DENGAN ANAK-ANAK TARAI BANGUN? HARUSKAH KLEWANG-KLEWANG
YANG PEDULI DAN MENGAJAK ANAK-ANAK TARAI BANGUN? KALAU MEMANG BEGITU JANGAN
SALAHKAN JIKA ANAK-ANAK TARAI BANGUN BANYAK YANG BERGABUNG DI GENG MOTOR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar